http://www.hasanahqaromah.com/tour-muslim-panorama-jepang-2015/
Jepang
cenderung menjadi negara yang anti terhadap narkoba, namun siapa sangka di
Hokaido yang menjadi salah satu wilayah prefektur terbesar di Jepang memiliki
ladang-ladang ganja yang tumbuh dengan suburnya.
Salah satu alasan yang menjadikan ganja tumbuh subur di sini ialah karena sejarah yang mengatakan bahwa masyarakat Jepang telah mengenal tanaman ini sebagai hasil panin yang berguna untuk menunjang kebutuhan. Ganja dipanen untuk selanjutnya diolah kembali menjadi kain, tali, ataupun kertas.
Salah satu alasan yang menjadikan ganja tumbuh subur di sini ialah karena sejarah yang mengatakan bahwa masyarakat Jepang telah mengenal tanaman ini sebagai hasil panin yang berguna untuk menunjang kebutuhan. Ganja dipanen untuk selanjutnya diolah kembali menjadi kain, tali, ataupun kertas.
Kemunculan
ladang ganja yang cukup banyak ini memicu ratusan wisatawan memadati lokasi ini
setiap harinya. Hal ini memicu keingintahuan mereka akan tanaman tersebut.
Pada saat itu, perusahaan Hokkaido Seima Kaisha yang didirikan pada tahun 1887 menjadi perusahaan yang mengolah ganja terbesar di Jepang. Meskipun begitu, tentu saja seluruh pengerjaan tidak terlepas dari pengawasan pemerintah pada setiap proses produksinya.
Sepeti yang dilansir dari situs Rocketnews24, Sabtu (20/12) pada masa Perang Dunia ke-2, Jepang masih menggunakan ganja sebagai bahan obat-obatan, namun seiring dengan kekalahan Jepang yang mengharuskan Amerika untuk merangsek ke pemerintahan, Amerika pun mengutus sebuah gerakan anti ganja yang bernama Cannabis Control Act pada tahun 1948.
Akibatnya, seluruh proses produksi yang berkaitan dengan tanaman ganja dihapuskan. Selain itu, ladang-ladang ganja yang selama ini tumbuh subur pun tak luput dari pembersihan pada negara tersebut sampai dengan tahun 1951.
Langkah tersebut yang menjadi titik balik negara Sakura dalam melakukan pelarangan dengan hukuman yang berat mengenai penanaman dan penggunaan tanaman ini. Hingga akhirnya pada taun 60’an, mantan Menteri Kesehatan dan Kesejahteraan Jepang, Masamutsu Nagahama mengumumkan bahwa penggunaan narkoba di Jepang turun secara drastis sejak paska perang dunia ke-2.
Pada saat itu, perusahaan Hokkaido Seima Kaisha yang didirikan pada tahun 1887 menjadi perusahaan yang mengolah ganja terbesar di Jepang. Meskipun begitu, tentu saja seluruh pengerjaan tidak terlepas dari pengawasan pemerintah pada setiap proses produksinya.
Sepeti yang dilansir dari situs Rocketnews24, Sabtu (20/12) pada masa Perang Dunia ke-2, Jepang masih menggunakan ganja sebagai bahan obat-obatan, namun seiring dengan kekalahan Jepang yang mengharuskan Amerika untuk merangsek ke pemerintahan, Amerika pun mengutus sebuah gerakan anti ganja yang bernama Cannabis Control Act pada tahun 1948.
Akibatnya, seluruh proses produksi yang berkaitan dengan tanaman ganja dihapuskan. Selain itu, ladang-ladang ganja yang selama ini tumbuh subur pun tak luput dari pembersihan pada negara tersebut sampai dengan tahun 1951.
Langkah tersebut yang menjadi titik balik negara Sakura dalam melakukan pelarangan dengan hukuman yang berat mengenai penanaman dan penggunaan tanaman ini. Hingga akhirnya pada taun 60’an, mantan Menteri Kesehatan dan Kesejahteraan Jepang, Masamutsu Nagahama mengumumkan bahwa penggunaan narkoba di Jepang turun secara drastis sejak paska perang dunia ke-2.
Hingga akhirnya pada saat ini, meskipun tanaman ganja tetap
tumbuh subur secara liar, namun masyarakat Jepang pun enggan menggunakannya dalam
kebutuhan apapun mengingat hukuman berat menanti siapapun yang tertangkap
memanfaatkan tanaman ini.
No comments:
Post a Comment