Berbilang
abad, Al Aqsa adalah potret kedamaian. Potret toleransi. Tanah yang dirindukan,
dikunjungi oleh setiap insan. Kubah As Sakhrah, tempat nabi berpijak Mi’raj.
Mesjid biru, tanah-tanah itu begitu syahdu, dalam lindungan Islam. Hingga
kekhilafahan Turki Utsmani runtuh.
Malam semakin larut dalam cahaya bulan. Suasana begitu syahdu. Pria nan
mulia itu tiba. Dengan Buraq, dari Al Haram di Mekah, kini ia telah tiba Baitul
Maqdis, Mesjdil Aqsa. Ada rasa yang terperi di sana. Di hadapannya, ialah
Masjid Al Aqsa. Batu batanya yang begitu kusam dan tua, mengingatkan masa
ribuan tahun lalu, ketika Nabi Daud dan Sulaiman bersama meninggikannya.
Mesjid itu, begitu besar. Di lihatlah sekelilingnya. Tembok tua membatasi.
Inilah kompleks Al Aqsa. Wilayah yang Allah namakan Masjid Al Aqsa. Kini, Rasul
nan mulia melangkah. Takjub rasanya, di balik gerbang nan tinggi itu, ratusan
ribu nabi dan ratusan Rasul berada di hadapannya. Kini, Rasul nan dinanti itu
telah tiba. Sungguh, tak ada satupun Rasul yang diutus, kecuali bersaksi atas
Muhammad. Ada rasa rindu di sana. Inilah wajah Rasul terakhir yang dikabarkan.
Kini berhadap-hadapan.
Al Aqsa di Syam. Ia menjadi saksi bisu, berkumpulnya para nabi dan Rasul
sedunia. Dengan syahdu, semua berbaris rapi. Mempersilahkan Rasul terakhir itu
menjadi imam. Rasul-Rasul mulia itu, kini menjadi makmum. Adam, Nuh, Ibrahim,
Musa, Isa hingga lainnya, kini berada di belakang pundak Muhammad. Mereka larut
bermunajat kepada Allah dipimpin Rasul nan mulia.
Bumi Syam, negeri nun jauh di sana. Negeri yang dirindukan Rasul, karena
kini harus berpisah dengan para nabi. Usai shalat, Rasul harus melakukan mi’raj
ke langit bertemu dengan kekasih-Nya. Ditatapnya wajah-wajah mulia itu, duhai
Syam, sungguh, tanah ini menjadi saksi atas berkumpulnya para utusan Allah.
langkahnya menjauh meninggalkan mereka, sekian puluh langkah. Diinjaknya batu
(sakhrah) itu. Pijakannya kuat. Berangkatlah Rasul nan mulia hingga ke langit
ke tujuh, Sidratul Muntaha.
Bumi Syam, negeri pelipur lara, ketika Rasul larut dalam duka ditinggalkan
istri dan pamannya. Negeri ketika seluruh nabi dan Rasul pernah mengecupkan
keningnya, larut dalam ibadah. Negeri ketika ayat itu terlafal dari bibir Rasul
nan mulia, ”Maha Suci Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu
malam dari Al Masjid Haram ke Masjid Aqsha yang telah Kami berkahi
sekelilingnya.” (QS Al-Isra: 1)
No comments:
Post a Comment