Friday, February 27, 2015

Syam, Bumi Tauhid Yang Terbelah






Berbilang abad, Al Aqsa adalah potret kedamaian. Potret toleransi. Tanah yang dirindukan, dikunjungi oleh setiap insan. Kubah As Sakhrah, tempat nabi berpijak Mi’raj. Mesjid biru, tanah-tanah itu begitu syahdu, dalam lindungan Islam. Hingga kekhilafahan Turki Utsmani runtuh.

Malam semakin larut dalam cahaya bulan. Suasana begitu syahdu. Pria nan mulia itu tiba. Dengan Buraq, dari Al Haram di Mekah, kini ia telah tiba Baitul Maqdis, Mesjdil Aqsa. Ada rasa yang terperi di sana. Di hadapannya, ialah Masjid Al Aqsa. Batu batanya yang begitu kusam dan tua, mengingatkan masa ribuan tahun lalu, ketika Nabi Daud dan Sulaiman bersama meninggikannya.

Mesjid itu, begitu besar. Di lihatlah sekelilingnya. Tembok tua membatasi. Inilah kompleks Al Aqsa. Wilayah yang Allah namakan Masjid Al Aqsa. Kini, Rasul nan mulia melangkah. Takjub rasanya, di balik gerbang nan tinggi itu, ratusan ribu nabi dan ratusan Rasul berada di hadapannya. Kini, Rasul nan dinanti itu telah tiba. Sungguh, tak ada satupun Rasul yang diutus, kecuali bersaksi atas Muhammad. Ada rasa rindu di sana. Inilah wajah Rasul terakhir yang dikabarkan. Kini berhadap-hadapan.

Al Aqsa di Syam. Ia menjadi saksi bisu, berkumpulnya para nabi dan Rasul sedunia. Dengan syahdu, semua berbaris rapi. Mempersilahkan Rasul terakhir itu menjadi imam. Rasul-Rasul mulia itu, kini menjadi makmum. Adam, Nuh, Ibrahim, Musa, Isa hingga lainnya, kini berada di belakang pundak Muhammad. Mereka larut bermunajat kepada Allah dipimpin Rasul nan mulia.

Bumi Syam, negeri nun jauh di sana. Negeri yang dirindukan Rasul, karena kini harus berpisah dengan para nabi. Usai shalat, Rasul harus melakukan mi’raj ke langit bertemu dengan kekasih-Nya. Ditatapnya wajah-wajah mulia itu, duhai Syam, sungguh, tanah ini menjadi saksi atas berkumpulnya para utusan Allah. langkahnya menjauh meninggalkan mereka, sekian puluh langkah. Diinjaknya batu (sakhrah) itu. Pijakannya kuat. Berangkatlah Rasul nan mulia hingga ke langit ke tujuh, Sidratul Muntaha.

Bumi Syam, negeri pelipur lara, ketika Rasul larut dalam duka ditinggalkan istri dan pamannya. Negeri ketika seluruh nabi dan Rasul pernah mengecupkan keningnya, larut dalam ibadah. Negeri ketika ayat itu terlafal dari bibir Rasul nan mulia, ”Maha Suci Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Al Masjid Haram ke Masjid Aqsha yang telah Kami berkahi sekelilingnya.” (QS Al-Isra: 1)

No comments:

Post a Comment