Ada beragam cara untuk menikmati Tokyo, kota tersibuk di
Jepang. Sebagai kota metropolis dan paling ramai di Jepang, Tokyo memang
memiliki magnet tersendiri.
Dilansir Rocketnews, Tokyo seolah menjadi rumah berbagai atraksi modern yang menakjubkan seperti Skytree, Ebisu Beer Museum. Kendati disebut metropolis namun Tokyo juga memiliki pedesaan tradisional.
Jika wisatawan punya akses transportasi umum yang beroperasi di ibukota, maka mereka dapat menyaksikan sekilas gaya hidup pedesaan yang tenteram. Beda halnya jika Anda meluncur langsung melihat desa yang dijadikan sebagai musem terbuka itu.
Wisatawan dapat menikmati keindahan rumah-rumah beratapkan jerami sekaligus merasakan kesejukan udara di museum terbuka tersebut. Yamanashi adalah salah satu daerah di perbatasan Tokyo. Nama daerah yang memiliki pemandangan indah itu yakni Saiko Iyashi no Sato Nenba.
Selain dilengkapi pemandangan Gunung Fuji di belakang desa, Nenba juga memiliki tidak kurang dari 20 struktur rumah beratapkan jerami. Sebetulnya Nenba merupakan sebuah komunitas pertanian, 50 tahun lalu
Dilansir Rocketnews, Tokyo seolah menjadi rumah berbagai atraksi modern yang menakjubkan seperti Skytree, Ebisu Beer Museum. Kendati disebut metropolis namun Tokyo juga memiliki pedesaan tradisional.
Jika wisatawan punya akses transportasi umum yang beroperasi di ibukota, maka mereka dapat menyaksikan sekilas gaya hidup pedesaan yang tenteram. Beda halnya jika Anda meluncur langsung melihat desa yang dijadikan sebagai musem terbuka itu.
Wisatawan dapat menikmati keindahan rumah-rumah beratapkan jerami sekaligus merasakan kesejukan udara di museum terbuka tersebut. Yamanashi adalah salah satu daerah di perbatasan Tokyo. Nama daerah yang memiliki pemandangan indah itu yakni Saiko Iyashi no Sato Nenba.
Selain dilengkapi pemandangan Gunung Fuji di belakang desa, Nenba juga memiliki tidak kurang dari 20 struktur rumah beratapkan jerami. Sebetulnya Nenba merupakan sebuah komunitas pertanian, 50 tahun lalu
Pada 1966, meskipun angin topan sempat menerjang daerah
sehingga menyebabkan banyak warga desa yang akhirnya pindah. Namun sekitar 2006
dan 2008, pemerintah setempat segera memperbaiki desa tersebut.
Hingga kini desa tersebut masih terus dirawat dan diletarikan keasliannya. Ini
artinya, setidaknya di tengah geliat kesibukan industri di Jepang, wisatawan
masih bisa menikmati panorama desa museum terbuka ini.
Informasi Museum:
Buka pukul 09:00 sampai 17:00 (Maret-November) dan pukul 9:30 sampai 16: 30
(Desember-Februari). Museum ditutup setiap hari Rabu selama bulan Desember,
Januari, dan Februari, namun buka pada 28 Januari dan 11 Februari 2015. Biaya
masuk yakni untuk kategori dewasa, 350 yen sementara siswa sekolah dibandrol
150 yen. Selain itu fasilitas parkir digratiskan.
No comments:
Post a Comment