Setelah penerbangan jarak jauh, biasanya butuh waktu lima hari untuk merasa
normal kembali. Fenomena yang biasa disebut jetlag ini antara lain
ditunjukkan dengan rasa mengantuk pada siang hari, insomnia pada malam,
kehilangan nafsu makan, dan otak kurang koordinasi.
Jetlag mengganggu ritme normal jam tubuh internal yang mengatur
tidur dan bangun. The Guardian melaporkan jam tersebut dikendalikan
sel-sel otak, suprachiasmatic nucleus hitalamus. Mereka dikendalikan
cahaya terang dan gelap serta melatonin yang diproduksi saat gelap dan
mengontrol suhu tubuh ketika tidur.
Penelitian dari Cochrane Collaboration mengungkapkan obat melatonin dapat
diambil untuk mengurangi jetlag ketika melintasi dua atau lebih zona waktu.
Dengan 0,5 sampai 5 mg melatonin yang diminum setiap hari pada saat akan tidur,
dapat membantu orang mendapatkan tidur lebih cepat dan lebih baik. Serta
mengurangi rasa kantuk pada siang hari.
Namun, obat melatonin tidak aman untuk semua orang. Pengidap epilepsi seharusnya
tidak minum obat tersebut. Sementara, obat tidur yang biasa digunakan untuk
mengembalikan ritme tidur belum terbukti bisa mengatasi jetlag.
Penelitian juga menunjukkan bahwa tidur di pesawat juga tidak membantu
mengurangi jetlag.
No comments:
Post a Comment