Saat Umar
bin Khattab menjadi khalifah, usaha-usaha pembebasannya pun sampai di
Yerusalem. Ceritanya, meskipun pada saat itu Yerusalem telah dibebaskan oleh
pasukan Umar, tetapi secara formal Patriak Kristen tidak akan menyerahkan
Yerusalem, kecuali kepada Umar secara langsung.
Umar pun datang ke Yerusalem dan diterima Patriak Kristen di Gereja Qiyâmah. Di
tempat inilah dibuat perjanjian yang sampai sekarang naskahnya masih bisa
dibaca karena terdokumentasi dengan baik.
Yerusalem pada saat itu sudah diganti namanya menjadi Aelia Capitolina (kota
Aelia), sehingga perjanjian yang dibuat pun diberi nama Perjanjian Aelia.
Ada cerita menarik ketika Umar hendak shalat dan bertanya di mana ia bisa
shalat. Patriak mempersilakan Umar untuk shalat di gereja itu, tetapi dia
menolak. Umar kemudian keluar dari gereja dan shalat di anak tangga.
Selesai salat, Umar menjelaskan alasan dia tidak mau shalat di gereja tersebut.
Kalau Umar shalat di gereja tersebut, dikhawatirkan kelak tentara Islam
mengambil gereja ini dan menjadikannya masjid.
Karena itu, Umar shalat di luar agar Patriak tidak kehilangan
gereja. Gereja ini kemudian menjadi tempat paling suci di Yerusalem bagi
Kristen. Di tempat Umar shalat kemudian didirikan masjid kecil, tetapi
menaranya tinggi melebihi menara gereja sebagai pertanda bahwa Islam lebih
unggul dari Kristen.
Untuk menunjukkan toleransi yang tinggi, shalat berjamaah terlarang di masjid,
yang berarti tidak boleh dikumandangkan azan, karena dikhawatirkan akan mengganggu
gereja.
Dengan diantar Patriak Umar kemudian pergi ke tempat Nabi Sulaiman dahulu
mendirikan al-Masjid al-Aqsha yang ternyata sudah menjadi velbak. Hellena
memerintahkan supaya Shakhrah itu dijadikan velbak, tempat pembuangan sampah.
Ini adalah perbuatan Hellena yang sebenarnya ditujukan untuk menghina bangsa
Yahudi dengan menjadikan kiblatnya sebagai velbak.
Melihat kenyataan demikian, Umar marah dan menyuruh Patriak membantu
membersihkan tumpukan sampah yang sudah menggunung dengan tangannya sendiri.
Setelah bersih, Umar melihat batu suci itu dan mengatakan bahwa itu adalah batu
yang digambarkan Nabi sebagai tempat menjejakkan kakinya untuk Mikraj naik ke
langit
No comments:
Post a Comment