Kota
ini tidak terlalu jauh dari Moskwa. Kazan adalah ibu kota negara
bagian Rusia yang dikenal dengan Tatarstan. Kota santri ini memiliki
lanskap yang unik dan menarik. Ia berada di atas bukit dengan
pemandangan danau di bawahnya.
Persis
di pinggir danau, terdapat beberapa monumen besar, seperti Masjid
Agung Kul Syarif, sebuah gereja kuno, kremlin (benteng kota), dan
makam syuhada. Masjid Kul Syarif termasuk yang terbesar di Eropa
dengan arsitektur khas berupa menara-menara tinggi, yang barangkali
terpengaruh oleh Masjid Biru di Istanbul Turki.
Diceritakan
dari kisah seorang diplomat Indonesia di Moskwa, M Aji Surya, dalam
Geliat Islam di Rusia, masyarakat Kazan mirip dengan Indonesia.
Kumandang azan, deretan masjid, dan para perempuan berjilbab menjadi
pemandangan biasa di kawasan ini.
Penghuni
kota ini separuhnya Muslim. Mereka mengaku pertama kali mengenal
Islam dari seorang utusan Islam asal Baghdad pada abad ke-7 Masehi,
manakala Kazan masih menjadi bagian dari wilayah Bulgaria. Sejak itu,
Islam berkembang cepat di wilayah ini.
Sama
seperti agama-agama lain, Islam sempat mengalami hambatan serius pada
masa komunisme Soviet. Hampir semua masjid dialih fungsi menjadi
gudang atau gardu jaga. Segala sesuatu yang menyiratkan simbol
keagamaan diharamkan.
Setelah
komunisme Soviet tumbang, komunitas Muslim di wilayah ini seolah
bangkit dari tidur panjang. Mereka kembali membangun tempat ibadah
dan institusi keagamaan dengan cepat. Kini, tak kurang dari 1.200
masjid telah kembali berdiri dan mendorong kemajuan masyarakat di
berbagai bidang.
A
Aji Surya juga menuturkan, di kota ini ada pula universitas Islam
yang diberi nama Universitas Islam Rusia. Perguruan tinggi ini mirip
sekali dengan UIN di Indonesia. Rektor Universitas Islam Rusia,
Muhamedsin, terkagum-kagum ketika suatu kali dia ajak ke Indonesia.
Ia sempat mengunjungi UIN Malang, Jakarta, dan Yogyakarta.
Menurut
penuturan banyak orang, pendidikan Islam di Tatarstan tetap
berlangsung meskipun pada masa komunis. Mereka melakukan dakwah
minimal kepada anggota keluarga. Itulah sebabnya, Islam tidak surut
meski dilarang satu generasi.
No comments:
Post a Comment